Jumat, 13 Maret 2009

Buying a Philosophy T-Shirt

If you want to wear your mind on your sleeve, consider buying a philosophy t-shirt. If you just type "philosophy t-shirt" into Google or another search engine, you'll come up with lots of hits, many of which have to do with a certain brand of cosmetics or "philosophy" in some general sense. The purpose of this lens is to help you identify places where you can find philosophy shirts for the serious philosophy lover.

There are definitely lots of sources out there, and so this page will only mention a few of my personal favorites. Rest assured that you have more choices than what its presented below. If these don't tickle your fancy, start Googling philosophy t-shirts and see what you find.

Quotable

Quote shirts are by far the most popular philosophy shirts - these generally sport a picture of some thinker along with some pithy or otherwise remarkable quote that is representative of the thinker's philosophy.

There are a number of places where you can get philosophy quote shirts, but the Philosophy Gift Shop stands out as having a diverse line of high-quality products. If your favorite philosopher can't be found among their wares, then you have pretty rare tastes. The Philosophy Gift Shop boasts the broadest and best collection of philosophy quote shirts on the market today, offering an unparalleled variety of philosophy shirts with quotes from famous philosophers. They also have products geared towards scientists, mathematicians, and religious thinkers.

Comical

While somewhat less popular than quote shirts, philosophy humor shirts provide great laughs for the in-crowd that get them. If you go this route, expect people who get the joke to find your threads hilarious, while others will stare at you quizzically.

SagaciTee offers a number of clever philosophy t-shirt designs that will tickle your funny bone, inlcuding offerings that poke fun at Thales, Aristotle, and deconstruction. The graphics are attractive, original, and a refreshing departure from the oftentimes serious world of t-shirt wisdom. As a relative newcomer to the world of philosophy shirts, SagaciTee is adding new designs regularly.

Versatile

While the Philosophy Gift Shop and SagaciTee have specific emphases, other vendors offer a more-rounded sampling of philosophy shirts. EpistemeLinks offers quote shirts, humor shirts, and a few other things that are hard to classify (e.g., the principle of identity emblazoned on your chest). Thye also have a helpful products page that points you to philosophical offerings at other sites. If you want to cast an even wider net, just do a search for Philosophy at CafePress or at Zazzle.
SELANJUTNYA..

Kamis, 12 Maret 2009

Be Lost in the Call

Jalaluddin Rumi

Lord, said David, since you do not need us,
why did you create these two worlds?

Reality replied: O prisoner of time,
I was a secret treasure of kindness and generosity,
and I wished this treasure to be known,
so I created a mirror: its shining face, the heart;
its darkened back, the world;
The back would please you if you've never seen the face.


Has anyone ever produced a mirror out of mud and straw?
Yet clean away the mud and straw,
and a mirror might be revealed.

Until the juice ferments a while in the cask,
it isn't wine. If you wish your heart to be bright,
you must do a little work.

My King addressed the soul of my flesh:
You return just as you left.
Where are the traces of my gifts?

We know that alchemy transforms copper into gold.
This Sun doesn't want a crown or robe from God's grace.
He is a hat to a hundred bald men,
a covering for ten who were naked.

Jesus sat humbly on the back of an ass, my child!
How could a zephyr ride an ass?
Spirit, find your way, in seeking lowness like a stream.
Reason, tread the path of selflessness into eternity.

Remember God so much that you are forgotten.
Let the caller and the called disappear;
be lost in the Call.
SELANJUTNYA..

'Perang Politik' Livni dan Barak

Kamis, 08 Januari 2009 pukul 06:58:00

Oleh Harun Husein

Ada banyak teori untuk menjelaskan serangan Israel ke Jalur Gaza sejak 27 Desember lalu. Salah satunya, serangan itu sesungguhnya merupakan sebuah ''perang politik'' demi kepentingan pemilu 10 Februari 2009. Aktor-aktor di Israel sedang membangun dan mengokohkan singgasananya di atas tumpukan mayat orang Palestina.

Bahwa kepentingan politik yang menjadi pemicunya, disampaikan secara tidak langsung oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. ''Saya memberi tahu Ehud Barak dan (Tzipi) Livni untuk melupakan pemilu, sebab sejarah akan menghakimi mereka, karena mereka meninggalkan noda hitam kemanusiaan,'' kata Erdogan di Parlemen Turki, Selasa (6/1).

Erdogan yang negaranya memiliki hubungan baik dengan Israel, memang sudah gerah dengan kebuasan agresi militer Israel ke Jalur Gaza. Kebuasan yang menewaskan lebih dari 500 orang, dan melukai 2000-an orang. Terlebih, banyak korban itu orang sipil belaka, di antaranya anak-anak dan perempuan. ''Alasan apa yang bisa membenarkan pembantaian ini?'' kata Erdogan.



Serangan ke Gaza, yang dilakukan dua bulan menjelang pemilu ke-18 Israel itu, memang diduga punya pertalian dengan upaya mendongrak popularitas Menteri Luar Negeri Israel, Tzipora Malka 'Tzipi' Livni, dan Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak. Livni saat ini adalah ketua umum Partai Kadima, Ehud Barak ketua umum Partai Buruh.

Menjelang pemilu, Livni dan Barak mendapat tantangan dari Ketua Umum Partai Likud, Benjamin Netanyahu. Netanyahu yang ingin come back ke kursi perdana menteri (PM), memang sedang menanjak popularitasnya. Survei yang dilansir Channel-1 memperlihatkan, jika pemilu digelar 25 November 2008, partai kanan-tengah itu akan memenangi 37 kursi parlemen Israel (Knesset).

Adapun Kadima, partai tengah beraliran liberal, itu akan berkurang kursinya dari 29 pada Pemilu 2006, menjadi 25 jika pemilu digelar dua bulan lalu. Yang paling terperosok adalah Partai Buruh. Partai berideologi sosial-demokrat itu pada Pemilu 2006 meraih 19 kursi. Tapi, bila pemilu digelar dua bulan lalu, kursinya hanya akan tinggal tujuh. Adapun partai ultra-orthodoks, Shas, juga akan berkurang kursinya dari 12 menjadi 11 (selengkapnya lihat tabel).

Konstelasi inilah yang diduga menjadi salah satu penyebab Partai Kadima dan Partai Buruh yang saat ini berkoalisi dalam pemerintahan--menggerakkan mesin-mesin perang Israel menggempur Gaza. Kadima yang selama ini selalu memilih jalan perundingan, justru mengumandangkan perang saat dipimpin seorang wanita: Livni.

Apa hasilnya? Serangan itu mendapat sambutan dari rakyat Israel. Polling yang dilansir harian Israel, Haaretz, pada 1 Januari lalu, menyatakan 52 persen responden mendukung serangan udara ke Palestina dilanjutkan; 19 persen menghendaki militer Israel segera mengirim pasukan daratnya menyerang Jalur Gaza; dan 19 persen menghendaki pemerintah Israel sebaiknya maju ke meja perundingan untuk melakukan gencatan senjata.

Analisis terhadap hasil polling ini menyebutkan Ehud Barak yang dinilai gagal dalam perang melawan Hizbullah dan Partai Buruh menjadi pihak yang paling banyak diuntungkan oleh opini publik itu. Apalagi, masih menurut survei itu, lebih dari separuh rakyat Israel menyatakan puas pada performa Ehud Barak. Angka ini naik signifikan dibanding 34 persen kepuasan pada Barak, enam bulan lalu.

Serangan itu pun mempertinggi tingkat keterpilihan Partai Kadima dan Partai Buruh. Jika pemilu digelar 1 Januari--menurut Survei yang digelar pada 31 Desember 2008, di bawah supervisi Profesor Camil Fuchs dari Universitas Tel Aviv--Partai Buruh akan bersaing ketat dengan partai-partai beraliran kanan seperti Partai Likud maupun partai-partai beraliran ultra-orthodoks, seperti Shas.

Bahkan, serangan ke Palestina pun ikut mendongrak popularitas PM Ehud Olmert. Padahal, mantan ketua umum Partai Kadima ini sempat terpuruk citranya gara-gara kasus korupsi, mengundurkan diri dari posisi PM, bahkan lengser dari ketua umum Kadima pada 17 September 2008. Kini, popularitas Olmert menyundul 33 persen, padahal rating rata-ratanya hanya 14 persen.

Kursi PM
Dalam pemilihan internal Partai Kadima untuk menduduki posisi ketua umum, Livni mengalahkan politisi kawakan seperti Shaul Mofaz yang meraih 42 persen suara. Livni menang tipis dengan 43,1 persen suara, atau 16.936 suara. Petinggi Kadima lainnya yang juga dikalahkan oleh Livni adalah Meir Sheetrit dan Avi Dichter. Terpilih ketua umum Kadima, membuat kans Livni menjadi PM semakin besar.

Sebenarnya, dengan pengunduran diri Ehud Olmert sebagai perdana menteri (kini Olmert menjadi caretaker, sampai terpilihnya PM baru--Red), Livni bisa menjadi PM. Tapi, pada 24 Oktober 2008 lalu, Shas menolak bergabung dalam pemerintahan koalisi. Livni gagal meraih dukungan minoritas untuk bergabung dalam pemerintahan koalisi, sehingga Livni pun menemui Presiden Shimon Peres untuk menjadwalkan pemilu baru.

Beberapa saat setelah pemilu ke-17 Israel yang digelar pada 28 Maret 2006 lalu, Livni telah digambarkan sebagai orang kuat nomor dua di Israel. Pada 2007, Livni masuk dalam daftar 100 Orang Paling Berpengaruh di Muka Bumi, versi majalah Time. Majalah Forbes pun menempatkan wanita ini dalam daftar 'wanita kuat' di dunia.

Sebelum masuk Partai Kadima, Livni bergabung di Partai Likud. Ketika mantan PM Israel Ariel Sharon dan Ehud Olmert mendirikan Partai Kadima pada 20 November 2005, Livni--bersama sejumlah petinggi Likud seperti Shaul Mofaz--ikut bergabung. Pada Pemilu 2006, Partai Kadima langsung meraih suara terbesar, mengalahkan dua partai legendaris, Likud dan Buruh, dan berhasil meraih kursi mayoritas Knesset.

Pada Mei 2006, Livni menjadi wakil perdana menteri dan tetap menjabat sebagai menteri luar negeri. Dia juga sempat menjabat sebagai menteri kehakiman. Karier wanita vegetarian ini memang moncer. Livni yang merupakan mantan tentara berpangkat letnan, serta mantan agen dinas rahasia Israel, Mossad, masih punya kans besar menjadi PM perempuan kedua setelah Golda Meir.

Tapi, agresi Israel ke Gaza ini merupakan perjudian tingkat tinggi bagi karier politik Livni maupun Barak. Ehud Olmert maupun Ehud Barak menyatakan serangan terutama serangan darat akan berlangsung cepat. Tapi, sampai dengan hari ke-12 agresi lima hari di antaranya agresi darat belum ada tanda-tanda Israel akan menguasai keadaan.

Sebuah analisis di Haaretz menyatakan bila sampai perang itu berlarut-larut, Barak dan Livni mungkin tak akan mendapat keuntungan apa-apa dari perang yang mereka gelar. Apalagi, arus opini dunia kini sudah mulai berbalik, negara-negara yang punya hubungan baik dengan Israel seperti Turki mulai mengeluarkan kecaman pedas.

Livni selalu membantah adanya krisis kemanusiaan di Gaza. Tapi, fakta memang berbicara sendiri: mayat bocah-bocah Palestina bergelimpangan. Akankah Livni dan Barak berhasil membangun kursi kekuasan dibangun di atas tragedi ini? iol/haaretz/mfa
SELANJUTNYA..

Dakwah Bil Kaos ala Al Quds

Sebenarnya, bukan karena tragedi 11 September Al Quds memproduksi gambar Osama. Tiga dari empat tipe kaos bergambar Osama yang diproduksi, ternyata telah diproduksi sejak tahun 1999. Kalau ada kaos yang diproduksi setelah terjadi tragedi robohnya menara kembar WTC New York, itu pun hanya satu jenis kaos saja.

Hanya saja, sebelum tragedi, pesanan kaos bergambar Osama paling banter 50 kaos per tipe gambar per minggu. Jadi, dari tiga tipe gambar yang ada, sebelum terjadi demam Osama penjualannya hanya mencapai 150 potong per minggu. Kalu terjadi lonjakan paling-paling masih dalam hitungan jari.

Tiga kaos yang diproduksi pertama adalah gambar Osama dalam bingkai uang Rp 50 ribu yang diproduksi tahun 1999. Kaos kedua adalah gambar Osama dengan tulisan darbuna darbul jihad (jalan kami jalan perjuangan yang sungguh-sungguh) yang diproduksi tahun 2000. Kaos ketiga bergambar Osama dengan tulisan Islam is My Blood. Sedangkan kaos terakhir yang diproduksi adalah gambar Osama yang tengah mengacungkan tangan ke depan.

Pembuatan kaos-kaos tersebut, telah dilakukan sejak tahun 1993 lalu. Latar belakang memilih usaha ini karena Syahrul Arief, pemilik Al Quds melihat kaos-kaos yang dipakai oleh kawula muda banyak berisi gambar dan tulisan yang tidak mendidik. ''Saya prihatin melihat ada kaos yang bertuliskan God is dead, tulisan cela-mencela, dan kaos yang gambarnya mengumbar pornografi,'' kata mantan aktivis LDK Universitas Pancasila ini.

Dia menilai, karena kaos merupakan salah satu media ekspresi yang cukup efektif, maka Syahrul harus melakukan perlawanan dengan kaos yang disainnya menonjolkan aspek moralitas. Ia pun kemudian menggarap isu-isu keagamaan ke atas kaos. Sejumlah hadits, slogan keislaman, kaligrafi, dan gambar tokoh-tokoh Islam diangkatnya ke medium kaos.

Potret prihatin yang menimpa umat Islam di berbagai belahan dunia juga menjadi tulisan dan gambar kaos. Mulai tragedi Palestina, Bosnia, Chechnya, Moro, Maluku, hingga Poso, telah digarap oleh Syahrul mellui Al Quds. Ia menyatakan bahwa semua isu-isu tentang ketertindasan Islam itu sengaja diangkatnya untuk membuat umat Islam selalu ingat akan tragedi itu. ''Jadi, kami melawan lewat kaos, atau dakwah bil kaos,'' katanya.

Syahrul berpendapat, kaos adalah media yang efektif untuk menyebarkan pesan-pesan itu, karena kaos itu merupakan pakaian yang luwes dan dipakai oleh semua kelompok usia. Tak hanya kalangan santri tradisional dan modernis yang suka mengenakan kaos disainnya, tapi juga para preman. ''Banyak preman yang suka kaos yang saya buat, dan saya rasa itu bagus untuk menyampaikan pesan-pesan Islam kepada mereka,'' katanya.

Hingga saat ini, dia mengaku telah memproduksi sekitar 100 tipe gambar dan tulisan kaos. Gambar-gambar tokoh seperti waliullaah Syeh Abdul Qadir Jailani, pimpinan Ikhwanul Muslimin Hasan Al Banna, hingga tokoh paling dicari Amerika saat ini, Osama bin Laden. Tapi sampai saat ini, tokoh revolusi Iran, Ayatullah Khomeini, belum tampak dalam daftar. Adakah kesengajaan? ''Oh tidak, itu tergantung pesanan dan isu aktual,'' katanya.

Syahrul mengaku siap membuat pesanan tanpa memandang madzhab dan golongan. Pengecualiannya adalah pada permintaan pembuatan kaos yang mengandung pornografi, kata-kata tak mendidik, atau lambang-lambang komunis dan kapitalis. ''Pernah ada yang minta dibuatkan kaos bergambar palu arit saat reformasi sedang gencar-gencarnya. Order itu saya tolak,'' kata lelaki asal Sulawesi Selatan yang punya tiga anak ini.

Kaos-kaos yang diproduksi Al Quds, kini dipromosikan lewat dua media Islam, yakni majalah Sabili dan Hidayatullah. Harga setiap kaosnya berkisar antara Rp 28.000 untuk lengan pendek dan Rp 31.000 untuk lengan panjang. Untuk jenis lain kadang harganya bisa berbeda disesuaikan dengan desain dari pemesan.

Kaos Al Quds, bukan hanya membalut tubuh-tubuh orang Indonesia. Sebab kaos-kaos Al Quds juga sudah banyak yang beredar di luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Kuwait. Syahrul mengaku kekuatan desain memang menjadi daya tarik untuk menjaring pembeli.

Itu sebabnya, kreativitas dan talenta bisnis terus diasahnya untuk mengembangkan usahanya. Tak heran sejumlah rencana desain kaos kini terus dikembangkan oleh Al Quds. ''Sekarang kami sedang mendisain kaos bergambar George W Bush dalam bidikan senapan,'' katanya. (run) Ahad, 30 September 2001.
SELANJUTNYA..

Buruk di Barat, Baik di Timur

Di Meksiko kaos bergambar Osama dengan tulisan ''Bin Laden Is My Hero'' di jajakan di jalan-jalan bersama topeng Bush

Rakyat negeri Paman Sam saat ini benar-benar diharu-biru kebencian yang merasuk kepada Osama bin Laden. Pria bermata bening, berjenggot, dan kerap mengenakan sorban menjuntai itu, dituding sebagai orang paling bertanggungjawab terhadap tragedi gedung World Trade Centre (WTC) New York dan gedung Pentagon, 11 September 2001.

Kebencian terhadapnya menyeruak lewat berbagai macam ekspresi, antara lain gambar dan graffiti. Poster anak miliuner Arab yang lebih dari 10 tahun membantu perjuangan rakyat Afghan menghalau Soviet itu ditempel di banyak sudut kota di Amerika. Di salah tembok negeri itu, terpampang potret Osama yang dibawahnya ditulis graffiti: Wanted. More Dead than Alive. Di sekitarnya ada potret para tertuding lain. Semua gambar itu ditulisi They woke up a giant.

Seakan tak puas dengan memaki melalui grafitti, masyarakat Amerika juga menumpahkan kekesalan kepada Osama dalam gambar dan tulisan di kaos. Kaos-kaos bergambar wajah Osama ditulisi been loadin for Osama Bin Laden. Kaos dengan gambar dan tulisan seperti itu kini laris bak kacang goreng di Amerika dan negara barat lainnya.

Di sejumlah tempat kursus menembak juga menjadi ajang warga Amerika memuntahkan kejengkelannya kepada Osama. Foto wajah Osama, ditempat latihan menembak itu, menjadi target bidikan. Wajah Osama penuh lubang bekas peluru. Kejengkelan seperti ini masih banyak dijumpai pada berbagai media yang dijadikan tempat mengeluarkan ekspresi warga Amerika.

Pendek kata, Osama benar-benar populer. Tapi popularitas Osama di Amerika dan negara-negara barat sekutunya lebih merupakan sebuah notorius, atau kepopuleran karena perbuatan buruk. Kenyataan itu bertolak belakang dengan yang terjadi di negara-negara timur, terutama muslim. Osama tampil sebagai simbol perlawanan. Osama menjadi sosok famous, bahkan hero.

Di Bangkok, sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Budha, kharisma Osama dinilai telah menyingkirkan tokoh komunis, Che Guevara. Poster Osama dalam ukuran besar terpampang pada sebuah jalan nomor tiga kawasan Nana, Bangkok. Sejumlah pedagang menjajakan kaos bergambar Osama dengan tulisan bernada mendukung orang yang dituding Amerika sebagai otak teror tanggal 11 September 2001 itu.

Di Meksiko demam Osama juga berlangsung. Kaos bergambar Osama dengan tulisan ''Bin Laden is My Hero'' banyak dijumpai di sejumlah toko di Kota Meksiko. Namun, bukan hanya Osama, gambar Presiden Amerika George W Bush juga digambar dalam kaos untuk dijajakan. Bahkan ada juga pedagang yang menjajakan topeng Bush.

''Kami tak ingin menyakiti siapapun,'' ujar Ricardo Esponda, pedagang topeng Bush di Kota Meksiko. Begitupun, Ricardo juga menjajakan kaos bergambar Osama. ''Para pedagang berkreasi dengan fantasi, kegembiraan maupun banyolan,'' tulis editorial koran Performa yang terbit di Kota Meksiko mengomentari ulah masyarakatnya.

Masyarakat Pakistan yang sempat diberitakan terbelah juga memiliki cara sendiri melampiaskan kekesalan kepada Presiden Bush maupun mengelu-elukan Osama. ''Osama we love you, We will protect you'', bunyi tulisan pada kaos yang banyak digunakan oleh warga Pakistan yang mendukung Taliban.

Di negara-negara Arab, jangan ditanya lagi. Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Kendati negeri paman Sam telah memberi wortel kepada pemerintah, namun sikap sebagian besar rakyat justru memperlihatkan tanda-tanda keberpihakan pada Osama.

Salah satu indikator popularitas Osama itu, antara lain dapat dilihat dari banjir order pembuatan kaos Osama, buku Osama hingga berbagai pernik-pernik yang bergambar Osama. Tukang sablon, pembuat poster hingga pembuat pernik-pernik benar-benar kebanjiran order yang seakan datang dengan tiba-tiba.

Sejak tragedi September, sablon Al Quds Promotion milik, Syahrul Arief, di kawasan Gudang Peluru, benar-benar kewalahan. Tak tanggung-tanggung, pesanan itu bisa mencapai 10.000 potong kaos per minggunya. Padahal, sebelum peristiwa itu, paling banter dia menerima pesanan 150 potong kaos gambar Osama per minggu.

Syahrul mengibaratkan dirinya seperti tukang sate, yang setiap usai membakar sate langsung dicomot orang, tanpa sempat ia menaruh sate itu ke piring. Dengan sablon manual yang dibantu 15 tenaga kerja, Syahrul mengaku hanya sanggup mengerjakan 2.000 potong per minggu.

Jumlah itu jelas membuat kaos itu langsung ludes setiap pagi. Dia mengaku yakin, pesanan itu akan terus meningkat karena popularitas Osama sebagai hero dunia Islam. Belum lagi pesanan dengan berbagai pose gambar dan tulisan tentang Osama yang khusus diminta oleh pembeli.

Kegandrungan terhadap Osama memang bukan hanya terjadi di pabrik sablon saja. Di berbagai tempat memang tidak sedikit warga yang benar-benar mengidolakan Osama. Iwan, seorang siswa SLTP yang tinggal di bilangan Manggarai, mengaku sangat suka dengan kaos Osama. ''Osama hebat, dia berani melawan cowboy Amerika,'' katanya.

Padahal, Iwan yang ditemui Republika di terminal Kampung Melayu itu sebenarnya tak begitu mengenal tentang Osama. Pengetahuan Iwan tentang Osama tak lebih dari cerita teman-temannya serta membaca berita di satu dua koran serta mendengarkan berita di televisi.

Lain lagi dengan salah satu rombongan jamaah pengajian yang dijumpai Republika dalam sebuah angkot di kawasan Kwitang. Kendati dalam angkutan umum, mereka tampak asyik memperbincangkan perihal Osama. Beberapa di antara mereka mengethui bahwa Osama adalah insinyur sipil lulusan Universitas King Abdul Azis, Jeddah.

''Osama itu pejuang Islam,'' ujar salah seorang di antara anggota jamaah itu. Kepada temannya dia mengungkapkan bagaimana Osama memilih hidup di Afghanistan meninggalkan kemewahan hidup dirinya untuk ikut berjuang bersama sesama muslim mengusir Soviet.

Tak hanya di Jakarta, demam Osama Bin Laden juga melanda Sulawesi Selatan. Di kota Makassar, Osama tiba-tiba menjadi idola kaum muda. Saat demonstrasi menentang Amerika Serikat di wisma Mandala beberapa waktu lalu misalnya, sejumlah anak muda terlihat menjajakan t-shirt bergambar wajah Osama bin Laden.

T-shirt yang hanya berjumlah selusin itu dalam waktu singkat habis terjual. T-shirt berwarna hitam itu dijual dengan harga Rp 35.000 per lembarnya, Harga sebesar itu sebenarnya tergolong cukup mahal untuk ukuran baju kaos. Namun hanya dalam hitungan beberapa menit saja, kaos bergambar Osama itu habis dibeli peserta demo.

Selain penjualan kaos, poster-poster Osama pun mulai banyak ditemui di kios-kios penjualan koran dan majalah. Di kawasan pintu keluar kampus Unhas Tamalanrea misalnya, puluhan poster bergambar Osama terlihat banyak menggantung. Sejumlah mahasiswa pun terlihat banyak yang memilih-milih gambar Osama.

Namun beberapa hari lalu, demam Osama bin Laden juga menimbulkan hal yang tidak simpatik. Pasalnya sejumlah oknum mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) menggelar aksi penjualan stiker gambar Osama. Hanya saja, seorang pengendara mobil sedan harus menjadi korban.

Zainal Tahir, seorang karyawan bagian iklan Harian Fajar yang hari itu melintas di depan kampus UNM agaknya sedang bernasib apes. Sewaktu melintas, seorang oknum mahasiswa tiba-tiba memukuli mobil sedan yang dikemudikannya hingga kapnya peot. Tidak hanya itu, Zainal pun ditarik keluar dari kendaraannya kemudian dipukuli oleh sekelompok mahasiswa UNM tersebut. Akibatnya, aksi penjualan stiker Osama tiba-tiba membuat masyarakat gerah.

Demam Osama juga terjadi di internet. Bahkan hiruk-pikuk soal Osama di internet jauh lebih seru. Baik dalam hal materi maupun para pengakses. Berbagai situs mengalami lonjakan pengakses. Terutama untuk situs yang berbasis di Amerika. Bahkan, salah satu jalur komunikasi internet yang disediakan PT Indosat untuk ke Amerika sempat 'ambrol'.

Perang opini juga tak kalah seru terjadi di internet. Situs-situs yang disiapkan oleh pihak barat, habis-habisan menyudutkan Osama. Baik secara kasar maupun halus. Berbagai info tentang Osama disertai grafik dan animasi mudah dijumpai di situs internet yang membuat orang segera percaya jika tidak mengkritisinya.

Sedang situs yang dibuat oleh kelompok Islam membanjiri berita yang sebaliknya. Umumnya situs-situs ini membanjiri informasi yang membalik logika pihak Amerika dan Barat yang menuduh tanpa bukti terhadap Osama. Selain itu berita tentang keadaan dan reaksi dari pihak Islam maupun warga Afghanistan dengan mudah diakses.

Pengamat Komunikasi Drs Deddy Djamaluddin Malik MSi, menilai fenomena tersebut merupakan sebuah gambaran tentang masyarakat tertindas yang merasa mendapat model perlawanan. Seorang Dewa Penyelamat. ''Amerika yang selama ini digdaya, yang melakukan disinformasi atas Islam,'' ujar Dedy.

Dedy mengingatkan bahwa selama ini Amerika memang sering mendiskreditkan tokoh-tokoh Islam. Hanya saja kali ini tuduhan tanpa bukti terhadap Osama sebagai dalang teror tanggal 11 September 2001 justru mendapat perlawanan. ''Apalagi perlawanan Osama menyangkut sesuatu yang sakral,'' papar Dedy.

Dia menilai, Osama sudah merebut hati sebagian besar masyarakat muslim yang semula mengidolakan tiga pemimpin dunia Arab yang juga melawan arogansi Amerika, yakni Saddam Husein, Ayatullah Khomeini, dan Moamar Khadafi. Dedy melihat Osama merupakan tokoh yang berada di luar grand design kebangkitan Islam. n:harun husein/ina hamidy
SELANJUTNYA..

Tirani Istilah Nasionalisme

Harun Husein
Wartawan Republika

Semenjak peristiwa bentrokan antara massa Front Pembela Islam (FPI) dan Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Berkeyakinan dan Beragama (AKKBB) di Monumen Nasional (Monas) 1 Juni lalu, meluncur pendapat-pendapat yang luar biasa memprihatinkan. Opini itu menggiring untuk membenturkan Islam dengan nasionalisme! Ada apa sebenarnya antara Islam dan nasionalisme?

Opini beraroma mengadu-domba itu bergulir hanya beberapa jam setelah peristiwa Monas dan makin kentara sehari berikutnya. Sampai Senin (16/6) lalu pun opini seperti itu masih terasa menyengat. Sejumlah tokoh bangsa ini masih berusaha meluruskannya demi menjaga integrasi bangsa agar tidak diarahkan menuju pertentangan kuno bernuansa ideologi dan aliran.

Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, misalnya, menyeru menghindari pengotak-kotakan ideologi Islam-nasionalis yang memberi kesan orang Islam tidak nasionalis dan sebaliknya kalangan nasionalis tidak Islami. Siapa pun yang ingin adu domba antara kelompok nasional dan Islam, sesungguhnya mereka melawan sejarah dan mengingkari sejarah Indonesia.

Bentrokan di Monas pada 1 Juni yang merupakan Hari Lahir Pancasila adalah sebuah fakta. Tapi, apakah cara membacanya merupakan sebuah serangan kepada Pancasila, kebhinekaan, dan nasionalisme? Tunggu dulu. Dalam ilmu fisika, pandangan seperti ini adalah paralaks, seperti melihat kayu di dalam air yang menjadi bengkok (atau mungkin sengaja ingin dibengkokkan?).

Persoalan tersebut jelas tidak bisa dijadikan konstatasi dan digeneralisasi ke dalam lingkup yang begitu dahsyat sebab peristiwanya memang memperlihatkan sebuah koinsidensi. Fakta-fakta di lapangan memperlihatkan tidak adanya kaitan simbolik bentrokan itu dengan Hari Lahir Pancasila. Lebih tepat menyatakannya karena faktor yang bersifat teknis.

Kepala Polres Jakarta Pusat, misalnya, justru menyayangkan massa AKKBB yang berdemonstrasi di Monas. Dalam pemberitahuannya mereka menyatakan hanya akan berdemonstrasi di Bundaran Hotel Indonesia. Hari itu banyak pihak yang memesan Monas untuk menyampaikan aspirasinya. Ada gerak jalan santai, ada demonstrasi antikenaikan harga BBM, dan lain-lain.

Tak perlu menggunakan logika canggih dan atraktif untuk melihat masalah itu. Bila dua massa yang berlainan aspirasi itu bertemu, tentu akan menciptakan efek psikologis yang menegangkan. Massa FPI dan AKKBB berbeda aspirasi dalam soal Ahmadiyah. Ditambah adanya provokasi berupa teriakan laskar setan dan intimidasi mengeluarkan pistol untuk menggertak massa FPI, bentrokan akhirnya sulit dihindarkan.

Bahwa FPI melakukan tindak kekerasan, hal itu memang patut disesalkan. Kekerasan tak mungkin ditoleransi di negara demokrasi yang menghendaki konflik diselesaikan dengan cara-cara damai. Tapi, ada aksi, ada reaksi. Entah siapa yang memulai, kepolisian tentu perlu menyelidiki dan merekonstruksinya dan menegakkan hukum seadil-adilnya tanpa pandang bulu.

Ahistoris

Lalu, bagaimana dengan pembacaan peristiwa itu yang kemudian digiring sebagai perbenturan Islam dan nasionalis dengan aksentuasi seolah kalangan Islam tidak nasionalis? Pembacaan seperti itu luar biasa memprihatinkan, kegenitan, over-exploitative, tidak jujur, dan mencurigakan. Tepat seperti dikatakan Hidayat Nur Wahid,Mengingkari sejarah Indonesia. Ahistoris!

Opini yang mengesankan kalangan Islam tidak nasionalis jelas akan menyinggung perasaan sebagian besar anak bangsa. Sejak berabad lampau, umat Islam yang paling sengit melawan penjajah dan tak terhitung banyaknya fatwa yang menyatakan membela Tanah Air adalah wajib hukumnya. Ormas dan lembaga Islam yang dulu memobilisasi laskar untuk melawan penjajah bahkan masih berdiri tegak sampai saat ini, seperti NU dan Muhammadiyah.

Umat Islam (baca santri) sejak dulu bersikap nonkooperatif kepada penjajah. Mereka bukan kolaborator. Mereka bahkan menolak anak-anaknya masuk sekolah Belanda. Tak seperti sebagian kalangan netral agama yang menikmati pendidikan di zaman politik etis -- yang merupakan derivasi nasihat Snouck Hurgronye -- dan terbelandakan atau bergabung dengan republik pada saat jalan sudah terang.

Para intelektual non-Indonesia dan non-Islam bahkan tidak melakukan pengingkaran sewenang-wenang atas nasionalisme umat Islam. Setelah melacaknya secara jujur, mereka menyimpulkan Islam merupakan nasionalisme Indonesia. Tengoklah pernyataan Michael H Hart.Di Indonesia, agama Islam yang baru itu merupakan faktor pemersatu. (Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, hal 32).

Robert W Heffner, guru besar antropologi Universitas Boston, AS, mengutip sejarawan Sartono Kartodirdjo, menegaskan bahwa Islam yang menjadi definisi intelektual dan ideologis perlawanan saat itu.Islam tidak dipandang sebagai pembeda satu segmen masyarakat dari segmen masyarakat lainnya, melainkan dipandang sebagai penyuplai definisi politik menyangkut identitas nasional dan fokus perlawanan terhadap penguasa kolonial. (Keadaban Demokrasi: Refleksi Tentang Beberapa Prasyarat Bagi Terwujudnya Civil Society di Indonesia dalam Islam Liberalisme Demokrasi, hal 374).

Tengok pula pendapat Sidney Jones. Dia menyatakan pada abad ke-19 dan 20, seiring beralihnya kontrol perdagangan Samudra India ke tangan bangsa Eropa, menurunnya penggunaan bangsa Arab, dan pengaruh internasional, tak lagi dipersepsi seperti pada abad ke-17. Umat tak lagi diperuntukkan bagi Muslim yang saleh di Nusantara dan seluruh dunia Islam, tapi menyempit sebatas Hindia. (Yudi Latif, Sekularisasi Masyarakat dan Negara Indonesia dalam Islam, Negara, dan Civil Society, hal 117). Pernyataan itu mengindikasikan Islam sebagai nasionalisme Hindia.

Tentu tak cukup mengguyurkan semua pernyataan senada di tulisan ini. Tapi, baiklah kita tengok kebenaran tesis Islam sebagai nasionalisme Indonesia itu secara empiris lewat hasil Pemilu 1955. Saat itu dari 15 provinsi, 12 di antaranya dimenangkan oleh partai Islam: Masjumi (sembilan provinsi), NU (dua provinsi), dan PSII (satu provinsi). PNI hanya menang di dua provinsi: Jawa Tengah dan NTB. Satu daerah lainnya, yaitu NTT, dimenangkan Partai Katolik. Tak berlebihan bila partai-partai Islam disebut partai yang paling Indonesia. Ini bukti faktual!

Karena itu, penggiringan opini untuk membenturkan Islam dengan nasionalis wacana tidak bermutu, rabun sejarah, dan Islamofobia. Dikotomi itu -- juga trikotomi Geertz tentang abangan, santri, priyayi-- semakin tidak relevan. Sejak 1980-an ketika Islamofobia mulai mundur dari pentas, muncul generasi baru: neosantri. Mereka yang dulu disebut sebagai Islam KTP, Islam nominal, telah bertekun mempelajari warisannya yang berharga: Islam.

Tentu saja itu tidak lantas menjadikan mereka tidak nasionalis. PDIP pun kini sudah punya Baitul Muslimin. Tak ada yang salah kan?

Jadi, tak perlu menjadi Pancasilais munafik seperti orang-orang PKI tempo dulu. Mereka lantang menuding umat Islam anti-Pancasila. Padahal, Pancasila ditinjau dari sudut mana pun lebih kompatibel (serasi/cocok) dengan Islam dibanding dengan Marxisme-Leninisme -- bahkan juga dari semua agama di Indonesia. Jadi, tak perlu lagi menjadi (maaf) nasionalis munafik!

Sudah saatnya Islam-nasionalis diakhiri. Istilah itu tidak objektif dan bernuansa devide et impera. Setelah digunakan Belanda, belah bambu itu hendak pula digunakan oleh bangsa sendiri. Adalah lebih tepat mengenalkan istilah yang digunakan tokoh seperti Sjafii Maarif atau Azyumardi Azra: nasionalis Islam dan nasionalis sekuler. Titik.

Setelah itu barulah kita menyelesaikan masalah-masalah bangsa ini, termasuk soal Ahmadiyah yang sudah terlalu lama menjadi duri dalam daging, dalam bingkai keislaman (karena ini masalah internal umat Islam), keindonesiaan (karena ini masalah bangsa), konstitusi, dan demokrasi.
Sabtu, 21 Juni 2008/Republika.co.id
SELANJUTNYA..

Obama, Israel, dan Palestina

Oleh Harun Husein
Kawasan yang diharu biru perang itu mendadak sepi. Israel yang selama tiga pekan mempertontonkan kebiadabannya di harapan miliaran manusia di Planet Bumi ‘mendadak cuti’. Padahal, perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas yang diupayakan Mesir belum berhasil. Benarkah karena Barack Hussein Obama segera menempati Gedung Putih? Bagaimana sebenarnya posisi Obama dalam isu Israel-Palestina?Israel mengumumkan gencatan senjata sepihak (unilateral cease fire) pada Sabtu (17/1), bertepatan dengan dimulainya empat hari pesta pelantikan Obama. Saat Obama naik kereta dari Philadelphia menuju Washington DC, menapaktilasi perjalanan Abraham Lincoln; mesin-mesin perang Israel sebagian buatan AS, seperti jet tempur F-15, F-16, dan helikopter Apache–tiba-tiba berhenti meraung. Pasukan Israel di Gaza dikabarkan mulai ditarik. Para pejabat militer Israel menyatakan pasukan ditarik ketika Barack Obama dilantik. Situs milik harian Israel, Haaretz, memasang gambar serdadu Israel yang mengenakan kaus, memanggul ransel besar, dan menuju tempat pemberhentian bus untuk pulang ke rumah. Sejak Sabtu sampai kemarin, yang terlihat hanya warga Gaza yang termangu di depan puing.Hamas, pihak yang sejatinya sah sebagai penguasa Palestina karena memenangkan pemilu yang demokratis, tapi diingkari termasuk oleh AS– juga mengumumkan gencatan senjata pada Ahad (18/1). Sejak itu, roket Al-Qassam tak lagi diterbangkan ke selatan Israel. Meski demikian, Hamas tetap siaga. Belum adanya perjanjian perdamaian yang mengikat, membuat suasana Gaza masih rapuh. Seperti api dalam sekam.

Gaza yang hampir sebulan menjadi pusat perhatian dunia, sejak Sabtu lalu, mulai digeser isu baru: pelantikan Obama. Dia akan menjadi presiden kulit hitam pertama di Gedung Putih. Dia diharapkan lebih banyak melakukan perubahan dibanding pendahulunya, George Walker Bush, yang mewariskan dua perang (Irak dan Afghanistan), krisis ekonomi yang terparah sejak 1930, serta berbagai soal lainnya.

Tidak bias
Berharap Obama menyelesaikan masalah Palestina sesungguhnya tidaklah berlebihan. Persahabatannya dengan Rashid Khalidi, warga Palestina-Amerika di Chicago, membuat Obama banyak mengetahui anatomi konflik di kawasan itu. Dari persahabatan itu, juga pembicaraan di meja makan yang dikerap dilakukan Obama dengan Rashid dan istrinya, Mona; Obama menyatakan pandangannya soal Palestina tak lagi bias.

Dalam sebuah acara yang digelar Rashid pada tahun 2003 lalu, Obama menyatakan, pembicaraannya dengan Khalidi itu mestinya dibawa ke forum yang lebih besar. ‘’Kita akan melanjutkan percakapan yang diperlukan, tidak hanya seputar meja makan Mona dan Rashid, tapi (percakapan yang melibatkan) seluruh dunia,’’ kata Obama. Obama berharap ‘pembicaraan besar’ itu akan terealisasi beberapa tahun mendatang.

Rashid sendiri memang pendukung Obama sejak awal. Rashid pernah menyelenggarakan acara pengumpulan dana pada tahun 2000 lalu. Saat itu, Obama sedang mengincar kursi Kongres. Saat itu, Obama gagal ke Capitol Hill. Pidato-pidato Obama saat itu masih memperlihatkan kejernihan pandangan dalam menyikapi konflik Israel Palestina. Dia menyatakan, AS perlu lebih banyak turun tangan dalam menanganinya.

Pada tahun 2007 lalu, kehebohan sempat muncul ketika Obama menyatakan, ‘’Tidak ada yang lebih menderita lebih dari warga Palestina.’’ Tapi, saat kontroversi mulai muncul, Obama meredamnya dengan membuat penegasan bahwa maksud pernyataannya itu, penderitaan disebabkan kekeliruan kepemimpinan di Palestina untuk mengenal Israel, mengurangi kekerasan, dan membuat negosiasi perdamaian serius di kawasan.

Tapi, Obama mulai memperlihatkan perubahan sikap dalam masa kampanye Pemilihan Presiden AS. Awal Juni, Obama menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat mengalahkan Hillary Clinton. Akhir Juni, Obama melakukan pertemuan dengan lobi Israel yang berpengaruh di Capitol Hill, yaitu The American Israel Public Affairs Committee (AIPAC). Setelah pertemuan itu, sikap Obama berubah drastis.

The Guardian menyatakan, Obama berkata kepada AIPAC apa yang ingin mereka dengarkan. Obama antara lain menyatakan, ‘’Kita tahu bahwa kita tidak bisa lunak, tidak bisa menyerah, dan sebagai presiden saya tidak akan pernah berkompromi jika itu berhubungan dengan masalah keamanan Israel.’’ Bahkan, Obama menyatakan bahwa Yerusalem akan tetap menjadi ibu kota Israel dan tetap tidak akan dibagi.

Pernyataan Obama yang lebih mencolok dikemukakannya saat mengunjungi Sderot–kota di kawasan selatan Israel yang dalam tiga pekan agresi Israel sering diserang roket Hamas–pada 23 Juli 2008. Saat itu, musim kampanye sedang berlangsung dan Obama sedang berhadapan dengan kandidat Partai Republik, John McCain. Saat itu, gencatan senjata Israel-Gaza baru berumur sebulan karena diteken pada 19 Juni.

‘’Jika seseorang mengirimkan roket ke rumah saya ketika dua putri saya tidur di waktu malam, saya akan mengerahkan semua kekuatan yang saya miliki untuk menghentikannya,’’ kata Obama di Sderot. Dalam pidato yang antara lain didengarkan langsung oleh Menteri Luar Negeri Israel, Tzipi Livni dan Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak, itu Obama menegaskan, ‘’Saya berharap Israel melakukan hal yang sama.’’

Wartawan The Guardian, Niall Stanage, dalam tulisannya ‘Obama breaks his silence on Gaza’ pada 7 Januari lalu, mengkritik sikap Obama tentang isu Israel-Palestina ‘’Sayangnya, pada saat di Sderot itu, Obama tidak menyampaikan bagaimana sikapnya jika sebuah negara asing mengokupasi wilayah AS, menembakkan misil ke sekolah-sekolah anaknya, dan membunuh (warga AS) di daerah pendudukan itu.’’

Pernyataan Obama itu, menurut Ehud Barak, merupakan justifikasi untuk melancarkan serangan. ‘’Obama mengatakan bahwa jika roket ditembakkan ke rumahnya ketika dua putrinya sedang tidur, dia akan melakukan apa saja yang mungkin untuk mencegahnya,’’ katanya. Lima bulan kemudian atau 27 Desember 2008, Israel mengerahkan pasukannya untuk menyerang Jalur Gaza, membunuh 1.300 orang Palestina, dan melukai 5.300 orang lainnya.

Prihatin
Saat mesin-mesin perang Israel membunuh secara membabi buta, tak peduli anak-anak ataupun perempuan, Obama malah berlibur ke Hawaii. Padahal, ketika Mumbai diserang, mantan senator dari negara bagian Illinois ini menyampaikan pernyataan yang sangat detail. Begitu pun ketika dia membicarakan penanganan krisis ekonomi di AS.

Hingga hari ke-10 serangan Israel ke Gaza dan jumlah korban tewas sudah mencapai 566 orang dan 2.400 terluka, Obama tak kunjung mengeluarkan pernyataan. Baru pada hari ke-11 atau 7 Januari–ketika Israel menyerang dua sekolah PBB dan menewaskan 43 orang–Obama angkat bicara. ‘’Hilangnya nyawa warga sipil di Gaza dan Israel merupakan sumber keprihatinan mendalam bagi saya,’’ kata Obama.

Sebelas hari serangan Israel, Obama mengaku diam karena tak ingin ada ‘matahari kembar’. Sebab, meski telah menjadi presiden terpilih, Bush masih menjabat. ‘’Setelah 20 Januari, saya akan menyampaikan banyak hal tentang isu (peperangan di Gaza).’’Diamnya Obama dinilai Mark Perry, direktur Forum Konflik Washington, sebagai sesuatu yang kompleks. ‘’Obama telah mengatakan bahwa Israel memiliki hak untuk mempertahankan dirinya dari roket (Hamas). Tapi, pernyataan saya kepada dia, ‘Apakah dia percaya bahwa warga Palestina juga memiliki hak untuk mempertahankan diri?’,’’ katanya.

Banyak orang Arab yang relatif optimistis terhadap kemenangan Obama. Ada keyakinan bahwa wajah baru di Gedung Putih itu akan menghadirkan sesuatu yang lebih baik dibanding Bush–yang menginvasi Irak dan memberi dukungan teramat besar kepada Israel. Tapi, setelah Obama memilih Hillary Clinton sebagai menteri luar negeri dan Rahm Emanuel sebagai pimpinan Gedung Putih, perubahan itu kian diragukan.

Banyak memang yang memberi pembenaran terhadap sikap diam Obama itu. Ahli politik Mesir yang juga Sekjen Forum Pemikiran Arab yang bermarkas di Amman, Hassan Nafaa, misalnya, menyatakan sikap diam Obama itu memperlihatkan Obama ingin berhati-hati. ‘’Saya pikir, dia akan tetap berhati-hati sebab konflik Arab-Israel bukan prioritas utamanya.’’’’Posisi Obama sangatlah genting. Lobi Yahudi telah memperingatkannya… jadi dia harus tetap diam (dalam masalah Gaza),’’ kata Hilal Khashan, profesor politik di American University of Beirut.

Penulis AS yang berasal dari Palestina, Ali Abunimah, menyatakan, sejak primary Partai Demokrat tahun 2004, yang antara lain membuat Obama terpilih menjadi anggota senat, Obama telah meminta maaf kepadanya karena tidak bisa terlalu vokal lagi menyuarakan isu Israel Palestina. Ali mengatakan, Obama menyebut adanya pertimbangan politik di balik sikapnya.Mengutip Obama, Ali menyatakan, ‘’Saya berharap, ketika semua (persoalan politik–Red) ini reda, saya akan berdiri paling depan (dalam masalah isu Palestina-Israel).’’

Lantas, apa kata sahabat Palestina Obama, Rashid Khalidi? Kepada The New York Times, dia tidak terlalu gembira dengan posisi yang telah diraih Obama. ‘’Tapi, saya tidak bisa mengatakan kecewa. Orang mengira dia adalah seorang santo. Tidak. Dia adalah seorang politikus.’’ guardian/reuters/haaretz/aljazeera

Sumber: Republika, 21 Januari 2009

SELANJUTNYA..